IN GOD WE TRUST





In God we trust... Dalam nama Tuhan kami percaya.
Slogan dari United States of America yang sudah sangat lama dikumandangkan oleh mereka. Sejak tahun 1956 dan masih sampai sekarang dicetak dalam lembaran kertas mata uang mereka, USD.

Slogan ini merupakan manifestasi dari suatu bentuk kepercayaan manusia terhadap adanya kekuasaan yang lebih besar dari mereka, yaitu Tuhan.
Memang, negara-negara di Amerika, Eropa, dan sebagainya sangat lekat hubungannya dengan kepercayaan mereka. Dan seringkali kepercayaan itu mendasari hukum-hukum dan peraturan yang dijalankan setiap harinya oleh warga-warga negara tersebut.

Contoh yang paling terlihat adalah di negara Inggris.
Inggris itu merupakan negara yang sangat percaya kepada Tuhan, dan mereka benar-benar menjalankan kepercayaannya dengan sangat serius tanpa negosiasi. Contohnya saja sampai sekarang mereka dalam menobatkan raja/ratunya harus melalui sebuah upacara yang sakramental.



Kepercayaan memang sesuatu yang penting dalam kehidupan kita.
Kepercayaan membuat kita mempunyai tujuan, percaya bahwa dengan kerja keras dan doa hidup kita akan menjadi lebih baik. Percaya bahwa dalam menjalankan hidup harus melakukan kebaikan untuk mendapatkan kehidupan setelah kematian yang baik. Bahkan contoh kecilnya, kepercayaan terhadap karyawan atau bawahan membuat hidup kita menjadi lebih nyaman dan mudah.
Bayangkan kalau kita tidak bisa mempercayai karyawan kita. Semua pekerjaan harus kita awasi dengan seksama, bahkan mungkin kita sendiri yang harus melakukan hal-hal kecil dalam perusahaan kita yang seharusnya bisa didelegasikan kepada karyawan kita, akhirnya? Hal-hal besar yang seharusnya menjadi prioritas utama kita terbengkalai.

Nah, permasalahannya dengan kepercayaan adalah trauma akan pengkhianatan.
Seperti yang gw alami beberapa tahun lalu, selagi mencoba menjalani hubungan baru - harapan baru.
Ceritanya dimulai saat kedekatan gw dengan seorang cewe yang dikenalin sama temen gw. Dia baikkkkkkk banget. Dan pastinya polos / jujur, hal yang bikin hati gw keleper-keleper dah.. Apalagi kalau polos di atas ranjang.. Wiiidiiihhh menggelepar dah gw. OMG. 
Selama masa itu, gw sudah merasakan bahwa dialah kemungkinan terbesar gw untuk memiliki masa depan yang gw idam-idamkan. Dan kami pun merasa cocok dalam berbagai hal. Sehingga gw semakin yakin untuk maju.

Sayangnya, memang dasar otak gw yang rusak diracuni pecahan hati gw yang masih meradang karena putus dari cinta lama gw, gw mulai berpikir sebaliknya.
Untuk apa memulai sesuatu yang ujung-ujungnya kemungkinan menghancurkan hati gw lagi? Cape tau sakit hati.
Emang loe kira hati gw dari lilin mainan apa? Bisa ditumbuk, digiling, dicerai-beraikan dan kemudian disatukan lagi?

Racun dalam pikiran gw terus merajalela, hingga akhirnya gw dan teman-teman memutuskan untuk keluar suatu malam.
Berhubung teman gw lagi "usaha" untuk pedekate ke seorang cewe waktu itu, gw sebagai wing man harus menjalankan kewajibannya donk.
Mempersiapkan segala suatu yang mampu memberikan suasana terbaik dan mendukung untuk teman gw bisa bertindak.
Dan karena dia memang kelihatannya sukaaaa bingits sama cewe ini, makanya gw pun mendukung penuh dengan segenap jiwa dan raga. Maklum, dia udah jomblo sejak kapan tau.. Dan senang banget kan kita sebagai teman-temannya kalau bisa menyomblangin dia.
Seenggaknya ga bakal bingung lagi kalau tau-tau dia ngajakin nonton bioskop. Lho !?!? Koq nonton bioskop bingung !?!? (Baca : Bioskop)

Kembali lagi ke soal jadi wing man untuk sohib gw.
Di saat itu asli gw benar-benar tidak mau memikirkan situasi gw yang diambang jadian itu. Antara mau terus atau tidak.
Dan gw berusaha keras tidak memikirkannya, makanya gw minum. Dan minum. Dan MINUM.
Gw sukses menjadi wing man buat teman gw, sampai-sampai ketika gw diceritakan kejadian malam itu beberapa hari kemudian, ternyata gw hampir membawa pulang dua maho yang gw godain abis-abisan malam itu demi membuat suasana seru. Untuk menciptakan suasana yang mendukung bagi teman gw untuk bertindak.

Di sela-sela kegilaan gw itu, ternyata gw membawa pulang seekor cewe - jiaaahhhhh.. Seekor.. Lo kira burung?
Memang sih selama ini dugem sama teman gw tujuannya selain menyenangkan diri sendiri dengan suasana ramai dan musik trance yang manteb, juga "hunting" para cewe kesepian yang mau have fun saat mereka berlibur ke Bali.
Maklum, pikiran laki-laki muda, ganteng, keren, dsb-dsb.. (Maaf, ga ada kaca di kosan gw. Jadi khayalan soal kegantengan itu ngga bisa tertahankan.. Wkwkwk)

Nah, begitu gw bangun paginya di kosan gw - di atas sofa, sendiri, dengan pakaian masih lengkap - gw baru ngeh ada cewe tidur di kasur gw.
Buset, bingung sendiri gw.
Salah satu hal yang bikin pusing kepala gw itu: siapa namanya.
Wkwkwk.. Permasalahan nomer satu kalau bawa pulang cewe dalam keadaan mabuk (Apalagi kalau malamnya udah mesra-mesraan). Rada aneh kan kalau pagi-paginya nanya: "oh iya, nama kamu siapa yaa?" Gubraaakkkk.
Lha, semalem yang lo genjot siapa men? Sambil teriak-teriakin namanya sampe Bapak Kos aja tau namanya.

Muter-muter mikirin semalam, coba ingat-ingat namanya siapa. Sampe whatsapp teman - ga dijawab. Akhirnya buka tasnya, keluarin dompetnya, dan.. Jreng-jreng... Umur 16 tahun. Bukaaaannnnn !! Jreng-jreng ketauan namanya.

Hmmm... Susah juga yaa kalau situasinya kayak gitu.
Mau bilang apa coba sama cewe gw?
Ah sudahlah, berhubung gw orangnya jujur. Akhirnya gw memberitahu soal kejadian itu sama cewe gw itu.
Alhasil walaupun gw sudah jujur banget dan nggak ngapa-ngapain sama tu cewe, tetap saja kepercayaan cewe gw hilang.
Gw bisa maklumin. Dan gw sangat sesalin kejadian itu.
Ujung-ujungnya setelah menjalani hubungan serius dengan cewe gw itu, gw merasakan banget hasil dari hilangnya kepercayaan dia.
Hidup gw seperti di penjara. Harus lapor tiap jam, dan dicek kemana-kemananya pakai gps xl. Heran gw, ada aja alat untuk mendukung para istri yang tidak percaya suaminya. Mungkin nanti benar bakal diciptakan cangcut elektronik yang cuma bisa dibuka dengan voice activation oleh sang istri: "open sesame !!" Hadeehhhh.




Intinya, kepercayaan sangat mendasari perilaku kita dalam menjalani hidup ini.
Dan kepercayaan itu seperti kertas putih print-printan yang kosong. Kalau sudah lecek, mau disetrika seperti apa juga tidak bakal bisa kembali mulus seperti sediakala.

Cintamu bisa membunuhku, 
Bila tiada percaya antara kita.
Cintamu bisa tegarkanku,
Bila kau percayakan hatimu padaku,
S'lamanya.

(Seventeen - Jika Kau Percaya)





Comments

Popular posts from this blog

Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal itu Pendaftaran

AIR MATA BUAYA

BUCKET LIST