Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal itu Pendaftaran
Ada pepatah yang bilang: "Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal itu Pendaftaran"
Gw jadi berpikir, kalau kita memilih sesuatu yang kita tahu pasti akan menyesal berarti kita mendaftar untuk mendapatkan perasaan kecewa? Apa ada orang yang bodoh dan terlalu ga perduli sampai dia mau mendaftar untuk mendapatkan kekecewaan di akhirnya? Sayangnya.. Ada. Bahkan banyak sekali orang yang terlalu bodoh tidak memikirkan ke depannya sehingga mereka mendapatkan kekecewaan dan penyesalan pada ujungnya.
Permasalahan utamanya terletak pada sifat dasar manusia yang terkadang tidak puas dengan keadaannya. Pola pikir ketidak puasan itu akan semakin amplify (membesar) pada orang-orang yang dinamis - orang yang tidak bisa hidup statis/sama dalam jangka waktu yang lama. Sayangnya lagi.. (sayang part 2 - kayak sinetron aja bersambung-sambung nih) gw tu orang yang dinamis banget. Baca aja catatan gw mengenai hidup gw yang gw bisa packed dalam satu biji koper - duuhh.
Berlatar belakang tipikal kepribadian gw dan sifat dasar manusia, makanya gw rasa seringkali gw merasakan yang namanya penyesalan. Bahkan ketika gw tahu dari awal bahwa penyesalan itu akan terjadi - stoooopppid yaa? Menurut gw sih bukan karena gw bodoh, gw tu dari dulu masuk kelas pinter mulu. Saking tidak cocoknya antara sikap gw yang ngasal dan otak gw yang encer, sering banget gw dicurigain sama guru-guru gw karena dipikir gw menyontek. Mana mungkin sih murid yang seringkali dipanggil ke ruang BP karena kenakalannya bisa menyelesaikan ulangan fisika yang rumit banget dengan begitu cepatnya.. Sampai-sampai anak yang ranking #1 di seluruh sekolah pun belum selesai ketika gw ongkang-ongkang kaki sambil molor di atas kertas ulangan gw.
Karena tidak pernah kelihatan pinter atau rajin itulah gw selalu dianggap tukang contek sepanjang masa pembelajaran gw di sistem persekolahan yang kacau balau dan sangat mahal itu. Padahal sueeerrr.. Gw tu smart - kalau gw minat. Kalau ngga minat sih selamat malam aja deh, kayak pelajaran sejarah atau ppkn yang kebanyakan bohongnya karena pemerintahan Indonesia (dan kebanyakan pemerintahan-pemerintahan negara lainnya) mendogma para siswanya untuk mencintai negerinya dengan memanipulasi sejarah dan perjuangan bangsanya untuk bisa jadi negara "maju" seperti sekarang ini. Walaupun sepertinya usaha itu bakal digagalkan pada saat siswa-siswa terdogma itu menjadi mahasiswa. Dimana pengaruh-pengaruh masyarakat dan kehidupan sosial lebih terasa dalam hidupnya. Seperti gw di masa kuliah gw yang sering nongkrong sama anak-anak perjuangan. Disitulah banyak terbuka cerita-cerita palsu mengenai negara tercinta ini -walaupun dari jaman sekolah juga gw sudah tahu akan hal itu.
Eh, buset.. Nyasar kemana-mana nih topiknya. Back to topic, sering banget gw merasa menyesal dalam hidup gw. Dan anehnya, gw tuh orang yang berpandangan jauh ke depannya. Coba tanya sama keluarga gw atau teman-teman gw, mereka akan bilang kalau gw selalu mencoba mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi ke depannya. Makanya gw sering diandalkan dalam berdiskusi untuk mengambil keputusan keluarga besar ataupun dengan teman-teman gw.
Lalu apa hal yang menyebabkan gw berbuat hal-hal yang bodoh itu? Tadi sudah gw sebutkan 2 hal yang menjadi alasan utama kebodohan gw. Tidak puas dan tidak bisa diam.
Tidak puas akan hidup yang gw jalanin saat ini membuat gw berani mengambil resiko. Resiko yang menurut gw akan menuju ke arah kehancuran.. Hahaha. Tidak bisa diam membuat gw menjadi tambah nekad untuk mengambil resiko kehancuran itu. Mungkin karena gw - sebagaimana pun merasa atheis dan sosialis/humanis - gw masih merasa ada kehidupan lain setelah hidup ini. Tapi bukan berarti itu namanya surga atau neraka. Tetap yang paling penting untuk gw itu hidup yang kita jalani sekarang ini. Hidup cuma sekali, dan apa yang kita buat di hidup ini tidak akan bisa ditebus dengan berbagai macam cara -seperti dibakar di neraka atau ditenggelamkan di kolam -maaf- tai, seperti yang almarhum Bokap gw ceritakan soal hukuman terkejam di neraka.. Eh, terjijik deh, bukan terkejam X_x...
Dengan merasa ada kehidupan lain setelah mati, gw masih berani untuk mengakhiri hidup ini - karena gw bisa memulai hidup baru di "dunia lain" itu. Pemikiran yang bodoh. Sama kayak orangnya yang bodoh untuk memilih mendapatkan penyesalan di akhirnya.
Nah, kembali ke penyesalan yang didaftarkan atau pendaftaran untuk menyesal. Apa dan mengapa gw melakukan hal sebodoh itu? Untuk contoh konkritnya, gw ceritakan kisah gw dalam hal sekolah dulu. Sewaktu gw disuruh sama alm. Bokap gw untuk masuk ke SMU Kanisius di Jakarta, gw dengan sengaja menjatuhkan nilai tes gw demi menggagalkan cita-cita alm. Bokap gw itu. Padahal dari awalnya gw juga sudah tahu kalau gw melakukan itu pasti akan ada penyesalan dalam hati gw di masa depannya. Seperti; membuat sedih hati alm. Bokap gw, menurunkan level edukasi gw - karena SMU Kanisius Jakarta terkenal dengan kepintaran siswa-siswanya dan pastinya lebih mudah masuk ke universitas pilihan nantinya.
Mengapa? Nah ini yang kadang membuat gw benar-benar menyadari bahwa gw tu bodoh dalam memilih sesuatu untuk diri gw sendiri. Mungkin karena gw tu lebih bisa untuk memilih sesuatu untuk orang lain. Bahkan apabila pilihan itu menyangkut mengorbankan diri gw sendiri untuk kepentingan orang lain. Nah, kalau keputusan seperti itu dijamin gw bakal pintar banget dalam mengambilnya. Tapi kalau diminta untuk memilih demi kepentingan sendiri, gw itu bodoh - bahkan bloon.
Alasan utama gw itu sangat tidak mau masuk sekolah itu HANYA karena itu sekolah khusus laki-laki. Tidak ada siswi sama sekali. Gilaaa, neraka jahanam banget kan?? -And I'm a sucker for girl, especially a beautiful one.
Jadi, dengan sabotase gw atas rencana alm. Bokap, gw "mendaftar" untuk menyesal. Yup, sudah tahu bakal menyesal tapi tetap dilakukan. HEBAT. Kadang gw "amaze" ama jalan pikiran gw yang nyeleneh dan gelo pisan ini.. X_x
Kedua kalinya gw merasakan banget pendaftaran untuk menyesal itu, saat gw memilih untuk mendekati cewek cantik satu kosan yang berbeda ras, agama dan suku. Jaman sekarang masih mikir kolot tentang perjodohan dan SARA? Yaa iyalah.. Itu hal dasar yang harus diperhitungkan dalam mencari calon pasangan hidup, dari jaman dulu bahkan sampai sekarang ini. Seperti pepatah Jawa dalam pencarian jodoh, harus dilihat bibit, bebet dan bobotnya. Dilihat asal-usulnya, kepribadian dan kemampuan (ekonomi)nya. Tidak bisa asal memilih berdasarkan cinta atau nafsu saja. Unless you are freakin' rich and bought their entire family to shut the f*#k up.. Haha. Lagipula, menurut alm. Nenek gw, tidak ada tuh yang namanya cinta. Dan dia hidup dengan suami yang dipilihkan oleh orang tuanya seumur hidupnya. Itu namanya ketulusan. Bukan cinta - menurut alm. Nenek gw.
Terus, kembali ke pendaftaran penyesalan gw dalam memilih calon pasangan hidup. Alasannya saat itu simpel aja sih, karena saat itu dia "diabaikan" oleh pacarnya dan setiap hari bermuram durja saat curhat sama gw. Sampai dia menangis waktu menceritakan hal tersebut. Naluri lelaki gw pun menguasai otak dan membuat gw mengambil keputusan yang pastinya akan gw sesalin. Alasan lainnya, karena dia iiiimmuuuuttttt banget. Kecil-kecil, cantik, mulus, kacamataan (yang mencerminkan kepintarannya) dan polos. Tidak bisa berbohong - tipe gw banget.
Sudah dari awal gw tahu akan datangnya penyesalan itu, dan gw dengan tekad baja kolor baja dan tank baja siap untuk menerima itu. Haha, itu pemikiran gw saat itu. Padahal kemarin ini ketika penyesalan itu terjadi gw hancur-hancuran.. X_x Just ask my friends who had to carry me back to the car when I'm so wasted and "jackpot" all over the club floor.. Maaf sebesar-besarnya untuk cleaning team Adora dan Mbargo.. :D
Untuk sementara kedua kisah ini saja yang gw ceritain. Sebenarnya masih banyak pendaftaran-pendaftaran lainnya yang gw lakuin semasa hidup gw dari kecil sampai sekarang. Tapi kalau gw tulis semua malu kelihatan bodohnya.. Hahaha.
Jadi untuk orang-orang di luar sana yang merasa bodoh telah mengambil keputusan yang salah untuk mendaftarkan diri dalam penyesalan nantinya, kalian tidak sendiri - dan kalian bukan yang terbodoh - pastinya. Masih ada gw yang memang dengan sadar-sadarnya dan berpikiran panjang kali lebar ke depan tetap mengambil keputusan untuk melakukan pendaftaran penyesalan. I'm stttooooopppiiiiddd.. But hey, if I'm always smart and right then there'll be no lesson for me right? We learn each step of breath we take. That's life.
Comments
Post a Comment