KARMAPHALA
Ajaran Karmaphala merupakan salah satu ajaran tertua di dunia. Dari kutipan om Wikipedia, Karma phala atau karma pala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu agama Dharma. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti perbuatan/aksi, dan phala berarti buah/hasil. Karma phala berarti buah dari perbuatan yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan.
Karma phala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, dan efeknya kepada orang lain. Karma Phala adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.
Karma Phala terbagi atas tiga, yaitu: 1. Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya) 2. Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehikupan saat ini dan Phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga) 3. Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang)
Orang-orang tua pun berpepatah "Apa yang kau tabur, itu yang akan kau tuai". Ini merupakan kata lain dari ajaran tersebut. Ajaran itu sebenarnya menekankan pada sikap dan perbuatan kita pada sesama, dengan bersikap baik - kita pun akan menerima kebaikan. Begitu juga kebalikannya, dengan berbuat jahat - kita akan menerima kejahatan terhadap diri kita.
Gw, yang agak sedikit mengarah ke humanis (yang lebih menekankan pada hubungan terhadap sesama human beings - sesama manusia) merasa setuju banget sama ajaran tersebut. Terutama karena pada dasarnya gw tuh baik (maap, nyombong dikit - ciyusss, ga percaya? Coba tanya A'im.. A'im ga bo'ong koq). Sebenarnya sih semua manusia itu baik pada dasarnya, hanya karena ajaran, lingkungan dan perkembangannya lah yang akhirnya membentuk sifat manusia seperti sekarang ini, baik atau jahatnya.
Dan terkedua karena gw tidak bisa jahat -bagaimana pun gw coba, gw selalu merasa hati nurani gw menjerit ketika gw melakukan sesuatu hal yang menyebabkan orang lain terluka, secara fisik maupun mental. Dia menjerit aaaaakkk, berteriak.. Pecahkan semua kaca itu biar hingar pada bingar.. Apa kulari ke hutan - kulari ke pantai? (Ngawur. Reinkarnasi jd Rangganya Cinta - maklum cita-cita terpendam.. Siapa sih yang ngga mau pacarnya Dian Sastro?)
Balik lagi ke jalan yang benar.. Ketidak bisaan berbuat jahat ini bukan suatu kelebihan - gw ulang lagi nih: ini BUKAN suatu kelebihan ! (Garis bawah, huruf besar, tanda seru, tanda titik, dan tanda-tanda baca lain saudara-saudaranya si titik-koma). Ini merupakan kelemahan terbesar gw. Tanya aja sama Bos gw atau orang-orang lain yang mempercayakan posisi tinggi ke gw. Mereka selalu merasa gw kurang tegas, kurang bisa marah, kurang jahat sama bawahan. Jadi mereka merasa bawahan gw agak semena-mena dalam bekerja (walaupun kadang ngga juga, namanya staff tuh pasti ada aja akalnya kan untuk "sedikit" nakal dalam pekerjaannya.. Walaupun tidak merugikan perusahaan, cuma bikin atasan emosi aja sedikit - menurut gw ini hal yang bisa ditolerir koq). Tapi bos-bos gw merasa sebagai atasan itu harus memerintah dengan tangan besi, karena ketakutan merupakan motivasi terbesar untuk setiap orang. Ketakutan dipecat - giat bekerja, Ketakutan dimarahin - giat bekerja, Ketakutan dipermalukan - giat bekerja.
Gw, di lain sisi, lebih suka melakukan pendekatan secara halus. Mencoba ngomongin secara baik-baik, menasehati atau menunjukkan cara-cara bekerja yang baik. Bahkan seringkali gw sendiri yang turun tangan melakukan pekerjaan itu ketika gw merasa pekerjaan mereka kurang bagus hasilnya. Lebih mirip ajaran Ki Hajar Dewantara yang kedua - ing madyo mangun karso (di tengah memberi dorongan semangat). Alasannya ya karena gw ngerasa cara itu lebih efektif, dan gw ngga pernah merasa superior dari bawahan-bawahan gw. Sama-sama "buruh" buat bos-bos gw. Tapi utamanya, hal-hal itu gw lakuin bukan karena gw "orang baik", atau mau jadi "atasan teladan". Tapi hanya karena gw ga bisa jahat sama orang. Kalau gw ngomelin orang, gw merasa salah banget. Apalagi kalau yang gw omelin itu tukang yang sudah berumur 50 tahun lebih, punya tanggungan keluarga banyak, dan taraf hidupnya jauh banget dari gw (gw aja kadang ga makan gara-gara ga punya duit, bayangin yang lebih susah dari gw). Walaupun mereka melakukan kesalahan fatal, tapi gw selalu merasa untuk memaki atau membentak mereka itu salah. Goblok ya gw?
Setelah melakukan penelitian yang panjang dan lebar serta tinggi dan volume, gw menemukan bahwa anomali ini diturunkan ke gw dari almarhum Bokap gw. Dan seumur hidup gw, yang gw inget beliau marah ke gw cuma 1 (satu) kali - padahal anaknya buaaaanndddeeelll banget. Anomali yang sangat untuk seorang Bapak yang punya anak gila seperti gw.
Mungkin, sebagaimana penelitian dna di negara maju menunjukkan bahwa perilaku kejiwaan itu bisa diturunkan ke generasi selanjutnya, dna Bokap gw yang penyabar dan ga pernah marah itu diturunkan ke gw melalui darah gw. Kalau bisa dites, mau deh gw menjadi kelinci percobaan. Kayak di film Stephen King mengenai kegilaan yang bisa menular melalui air - "There's something in the water" -kandungan air bisa menyebabkan orang-orang yang mengkonsumsinya menjadi pintar/bodoh/baik/jahat.
Warisan kebaikan itu sangat kental gw rasakan dalam kehidupan gw sehari-harinya. Seperti yang gw ceritakan di atas, bahwa gw sangat susah untuk berbuat jahat terhadap siapapun. Dengan begitu, akibat buruk yang terjadi ke gw itu gw tidak bisa bersikap egois atau mementingkan kepentingan sendiri apabila gw pikir itu bisa menyakiti orang lain walau sedikit pun.
Kadang gw merasa beban banget untuk memiliki sifat seperti ini, dan ingin rasanya untuk tidak perduli sama orang lain sekejap saja. Tapi ketika berhasil melakukan sesuatu yang gw anggap "jahat" - malamnya mimpi buruk pun menghantui. Atau paling tidak susah tidur karena memikirkan konsekuensi dari perbuatan "jahat" gw itu terhadap kehidupan orang lain.
Tambahannya, gw tuh paling sukar untuk menolak permintaan tolong orang lain. Apalagi permintaan itu dari orang-orang yang dekat sama gw, seperti keluarga, teman, rekan kerja, dan lainnya. Makanya seringkali gw merasa sangat dipergunakan oleh orang-orang di sekitar gw, walaupun dapat terima kasih (kadang tidak ada terima kasihnya juga - maklum, banyak sekali orang yang tidak mengenal kata kasih dalam hidupnya, kecuali mengasihi diri sendiri).
Seperti kata mantan gw yang kemarin, dia selalu bilang sama gw: "Jangan terlalu baik jadi orang tu, nanti diinjak-injak sama orang lain" - dan terbukti, dia sendiri yang menginjak-injak gw setelah gw berikan kasih sayang gw sepenuhnya sama dia. Padahal baru saja gw mau membuka hati lagi untuk yang namanya cinta, eh, malah ketimpa tangga jalan, lift dan scafolding.. alias remuk.
Heran kadang sama orang-orang yang bisa berbuat egois dan jahat. Ingin sekali seperti mereka. Tapi apa daya, tangan kesemutan -mau gerak dikit aja sakiitttt. Jadi yang terjahat yang bisa gw lakukan adalah sebagaimana yang gw jalani saat ini. Yaitu menjauh. Menjauh dari permintaan orang-orang yang tidak bisa gw tolak, dari kepentingan-kepentingan orang lain (yang sebenarnya gw tidak perdulikan) yang tetap menjadi prioritas lebih utama dari kepentingan gw. Dengan begitu gw aman, atau setidaknya punya alasan kuat untuk tidak mengabulkan permintaan-permintaan tersebut. Tapi ternyata tidak juga sih. Masih saja ada hal-hal yang harus gw lakukan untuk orang lain yang memaksakan gw harus mengorbankan kepentingan gw. Yaa nasib lah jadi orang terlalu baik begini.
Kembali ke prinsip Karmaphala yang dibahas di atas. Dengan kebaikan-kebaikan yang gw jalani, walau kadang terpaksa, gw merasakan banget bahwa ada Phalanya di situ. Seringkali gw mendapat bantuan dan kelancaran dalam hidup gw sehari-hari.
Hidup gw yang gw jalani ini seperti awan di langit. Bergerak mengikuti kemana angin berhembus, berubah-ubah bentuk mengikuti keadaan langit yang senantiasa dengan dinamisnya berubah. Walaupun gw tahu itu salah, dan pemikiran otak gw yang panjang kali lebar ini tidak setuju sama hidup yang gw jalani, tapi tetap gw merasa nyamannya seperti saat ini (untuk sekarang -ngga tahu deh kalau untuk ke depannya nanti, semoga ada kilat menyambar sang awan sehingga pecah dan terurai menjadi serpihan-serpihan air hujan yang akhirnya mendarat ke bumi tercinta)
Nah, dengan Phala yang gw dapat dari Karma-karma baik gw itu, hidup gw selama ini lancar-lancar saja. Padahal malas sekali untuk merencanakan jalan hidup gw ke depannya. Entah karena gw merasa tidak ada motivasi lagi untuk membangun masa depan yang baik, atau karena gw orang yang paling adaptable (paling bisa beradaptasi) dengan segala keadaan lingkungan gw. Yang pastinya, Phala itu tetap bekerja untuk gw, contohnya ketika tidak punya uang, ada saja rejekinya entah darimana. Makanya mantan gw yang dulu pernah bilang kalau gw punya "magic wallet" - dompet ajaib yang uangnya selalu berubah-ubah dari kosong ke penuh tanpa kejelasan asal-usulnya. Gw pernah tanya ke sang uang, "Darimana kamu berasal Dek?" Dan dia menjawab "Dari hatimyuuuuu.." Hueekkkzzz.
Oleh sebab Karmaphala ini berjalan di dua sisi, baik dan buruk, maka Phala yang buruk juga bisa terjadi. Dan memang kadang gw alami juga. Lebih seringnya gw rasakan kejadian itu terjadi terhadap orang-orang yang berbuat jahat sama gw. Gw pernah tanya ke orang pintar tmn gw, katanya dia merasakan adanya aura yang mengikuti gw di sekeliling tubuh gw. Tidak berbentuk tetapi dapat dirasakan. Dan menurut penjelasan dari beliau, kemungkinan hal itu terjadi akibat rasa sayangnya alm. Bokap gw terhadap gw.
Memang dari dulu alm. Bokap gw tuh senang sekali bisa memiliki gw. Menurut cerita dari Nyokap, pas gw lahir itu rejekinya mengalir deras kayak air terjun payung parasutnya ngga kebuka.. Waktu itu alm. Bokap dpt proyek gede, bisa beli mobil, benerin rumah, dll. Nah, jadi dinamakanlah gw tuh Raden Mas Sri Rejeki Mangkubayikecilimutgendutputihmulus.. Alias Rizky.
Karena rasa sayangnya yang amat sangat itu, aura perlindungan dari alm. Bokap gw mengikuti gw kemana pun gw pergi. Dan ngga cape-cape dia, walaupun gw orangnya ngga bisa diam di satu tempat lebih dari 1 jam (kecuali di kantor dan kosan). Heran.
Banyak sekali hal-hal "gaib" yang gw rasakan selama ini, dan ketika gw diceritakan mengenai aura itu sama teman gw, barulah gw bisa menyatukan potongan-potongan puzzle keanehan-keanehan yang terjadi dalam hidup gw selama ini. Dari sejak alm. Bokap gw meninggal, gw selalu merasakan bantuan "ghoib". Waktu hari ujian akhir semester kuliah gw bangun telat, gw sudah pasrah bakalan tidak bisa ikut ujian karena tidak ada angkutan ke kampus gw yang di ujung berung itu siang-siang begini. Eh, ternyata ketika lari-lari ke kampus, masih ada satu bis kampus yang belum berangkat. Alasannya tadi mesinnya agak rusak, jadi diperbaiki dulu. Karena itu, jadi beberapa mahasiswa yang sudah menunggu di dalam bis itu dari pagi jadi ikutan telat masuk ujian. Dan gw selamat.
Selain dari aura perlindungan alm. Bokap gw itu, gw merasa hal ini juga bagian dari Karmaphala, yang membuat gw mendapatkan balasan atas kebaikan yang sudah gw lakukan. Mungkin aura itu menggandakan Phala yang gw dapat, makanya wujudnya sangat terasa dan tersadari dengan mudahnya. Mungkin.
Tapi satu hal yang paling tidak bisa gw terima itu Phala buruk yang terjadi. Bukan terhadap gw, tapi terhadap orang-orang di sekitar gw. Orang-orang yang dengan sengaja atau tidak melakukan perbuatan yang jahat terhadap gw. Gw tuh orangnya inget kalau orang berbuat sesuatu sama gw, tapi tidak pernah ada yang namanya dendam. Tidak pernah ada dalam pikiran gw untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang terhadap gw. Berbeda dengan orang yang berbuat baik dengan gw. Pasti gw akan terus ingat dan terus berusaha membalas kebaikan orang itu sekuat tenaga gw. Karena itu, gw merasa bersalah apabila ada orang-orang yang terkena Phala buruk atas perbuatan jahat mereka sama gw. Walau bukan gw yang melakukannya. Banyak kejadian yang gw merasa sangat menyesal, bukan karena perbuatan gw, tapi karena perbuatan mereka. Mengapa mereka melakukan hal jahat sama gw, padahal akhirnya mereka menuai balasan atas kejahatan itu. Yang parahnya, balasan itu seringkali lebih jahat dari perbuatan mereka terhadap gw. Ini salah. Tidak seharusnya mereka mendapatkan hukuman yang sebegitu besarnya hanya atas perbuatan mereka sama gw.
Rasa bersalah gw atas kejadian-kejadian yang menimpa orang-orang itu, membuat gw merasa serba bingung untuk menjalani hidup gw ini. Takut suatu saat gw salah bertindak dan memancing orang-orang sekitar gw untuk jahat. Manusia itu pada dasarnya baik. Ini harus ditekankan sekali lagi. Dan hanya karena faktor-faktor tertentu yang dialaminya dalam hidup yang menyebabkan dia berperilaku jahat. Apalagi terhadap orang yang dikasihinya. Karena memang manusia itu tidak sempurna. Dan memaafkan itu merupakan hal yang harusnya lumrah. Kesalahan bisa terjadi kapan saja, dimana saja, pada siapa saja. Gw selalu memaafkan orang-orang yang berbuat jahat ama gw, dan gw berharap mereka menyadari saja. Cukup menyadari kesalahan yang mereka perbuat. Tanpa perlu mendapatkan hukuman atau ganjaran atas perbuatan jahat itu.
Mengapa sekarang yang terjadi sebaliknya? Saat gw sudah memaafkan atau paling tidak sudah mencoba melupakannya, gw melihat mereka mendapatkan ganjarannya. Gw ga pernah mau hal buruk terjadi sama orang-orang yang gw kenal. Apalagi terhadap orang-orang yang gw sayangi.
Karma kata orang. Setiap bibit yang kita tanam akan kita tuai. Bibit menjadi pohon, ganjaran yang akan kita balas akan berubah bentuk menjadi sesuatu yang lebih besar. Hati-hati dalam bertindak, berpikir dan berbicara. Karena ajaran itu benar adanya. Itulah keseimbangan dalam dunia. Dunia yang tidak adil ini, tapi karma tetap mengarungi kehidupan di atasnya.
Comments
Post a Comment