MULUTMU HARIMAUMU
Senjata yang paling ampuh di seluruh dunia ini adalah ucapan.
Sebuah ucapan dapat menggerakkan seluruh dunia. Give me the right word and the right accent and I will move the world - Joseph Conrad.
Bayangkan mulai dari jaman ditemukannya sistem pembicaraan jaman dahulu, orang yang mampu berbicara atau berkomunikasi dengan baik, akan menjadi orang yang paling dipuja pada masanya. Nabi-nabi, yang lebih banyak mengumpulkan pengikut melalui perkataannya, raja-raja yang dengan mudahnya mencabut nyawa seseorang atau sebuah kerajaan lain sekalipun hanya dengan titahnya. Hitler, dengan senjata pidato-pidatonya mulai dari perkumpulan kecil hingga menggerakkan beberapa negara untuk berbuat sesuai keinginannya. Dan banyak pemimpin lain yang sangat baik dalam berbicara sehingga mampu "mengubah" dunia. Sampai sekarang pun, pemimpin-pemimpin dunia masih menggunakan ucapan sebagai senjata paling utama untuk mengatur dunia yang kita kenal ini.
Language is the friendliest of the things from which we cannot escape.
Mason Cooley
Language is the friendliest of the things from which we cannot escape.
Mason Cooley
Salah satu pidato yang cukup bagus menurut gw, pidato Charlie Chaplin di tahun 1940-an, dimana dalam pidatonya itu dia bisa berbicara mengenai hal-hal yang pada masa itu belum menunjukkan pengaruh besar, tapi pada masa ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Coba cekidot deh, asli bagoooosss.
I’m sorry but I don’t want to be an Emperor, that’s not my business. I don’t want to rule or conquer anyone. I should like to help everyone if possible, Jew, gentile, black man, white.
We all want to help one another, human beings are like that. We all want to live by each other’s happiness, not by each other’s misery. We don’t want to hate and despise one another. In this world there is room for everyone and the earth is rich and can provide for everyone.
The way of life can be free and beautiful. But we have lost the way.
Greed has poisoned men’s souls, has barricaded the world with hate;
has goose-stepped us into misery and bloodshed.
has goose-stepped us into misery and bloodshed.
We have developed speed but we have shut ourselves in:
machinery that gives abundance has left us in want.
Our knowledge has made us cynical,
our cleverness hard and unkind.
We think too much and feel too little:
More than machinery we need humanity;
More than cleverness we need kindness and gentleness.
machinery that gives abundance has left us in want.
Our knowledge has made us cynical,
our cleverness hard and unkind.
We think too much and feel too little:
More than machinery we need humanity;
More than cleverness we need kindness and gentleness.
Without these qualities, life will be violent and all will be lost.
The aeroplane and the radio have brought us closer together. The very nature of these inventions cries out for the goodness in men, cries out for universal brotherhood for the unity of us all.
Even now my voice is reaching millions throughout the world, millions of despairing men, women and little children, victims of a system that makes men torture and imprison innocent people. To those who can hear me I say “Do not despair”.
The misery that is now upon us is but the passing of greed, the bitterness of men who fear the way of human progress: the hate of men will pass and dictators die and the power they took from the people, will return to the people and so long as men die [now] liberty will never perish. . .
Soldiers: don’t give yourselves to brutes, men who despise you and enslave you, who regiment your lives, tell you what to do, what to think and what to feel, who drill you, diet you, treat you as cattle, as cannon fodder.
Don’t give yourselves to these unnatural men, machine men, with machine minds and machine hearts. You are not machines. You are not cattle. You are men. You have the love of humanity in your hearts. You don’t hate, only the unloved hate. Only the unloved and the unnatural. Soldiers: don’t fight for slavery, fight for liberty.
In the seventeenth chapter of Saint Luke it is written:
“The kingdom of God is within man”
Not one man, nor a group of men, but in all men; in you, the people.
“The kingdom of God is within man”
Not one man, nor a group of men, but in all men; in you, the people.
You the people have the power, the power to create machines, the power to create happiness. You the people have the power to make life free and beautiful, to make this life a wonderful adventure. Then in the name of democracy let’s use that power, let us all unite.
Let us fight for a new world, a decent world that will give men a chance to work, that will give you the future and old age and security. By the promise of these things, brutes have risen to power, but they lie. They do not fulfil their promise, they never will. Dictators free themselves but they enslave the people. Now let us fight to fulfil that promise.
Let us fight to free the world, to do away with national barriers, do away with greed, with hate and intolerance. Let us fight for a world of reason, a world where science and progress will lead to all men’s happiness.
Soldiers! In the name of democracy, let us all unite!
- Charlie Chaplin
Kalimat yang terlepas dari mulut seseorang tidak akan mudah dihapus dari ingatan. Tidak seperti updatean status atau kicauan twitter yang dapat dengan mudahnya dihapus dari timeline kita - itupun sebelum ada orang yang membacanya.
Ucapan itu kadang terasa sangat bermakna, seperti kalimat-kalimat terbaik yang pernah diucapkan oleh orang-orang legendaris yang akhirnya menjadi kalimat yang sangat memorable sepanjang masa. Yang mampu membangkitkan semangat, gairah dan membuat hidup menjadi lebih bermakna.
Tetapi ucapan itu merupakan sesuatu yang sangat rapuh untuk dijaga, karena pada dasarnya pikiran kita bebas dan tidak berwujud. Kita bisa berpikir lebih jauh dari mata kita memandang, seperti para penjelajah jaman dahulu yang memikirkan bahwa ada dunia lain di luar dunia yang mereka kenal saat itu. Sehingga terjadilah penjelajahan dunia yang sampai saat ini berkembang terus menjadi alam semesta seperti yang kita ketahui. Kesemuanya itu berawal dari pikiran yang bebas, tak terikat dan tak berwujud.
Ketika pikiran itu diwujudkan dalam bentuk yang lain, perbuatan, maupun ucapan. Maka pikiran itu mulai berbentuk, bisa dirasakan dan terikat dengan hukum sebab-akibat - dimana akibatnya merupakan sesuatu hal yang belum diketahui, walaupun dapat diprediksi - tapi tetap, suatu akibat tidak dapat diketahui secara pasti sampai saatnya tiba.
Wujud dari pikiran inilah yang seringkali menjadi permasalahan, apalagi ketika pikiran yang datang dari emosi atau hal-hal yang tidak baik.
Salah satu perwujudan pikiran itu bisa melalui media ucapan, dan ucapan inilah yang seringkali dengan gampangnya keluar dari seseorang - hal yang paling mudah untuk mengemukakan pikiran kita adalah dengan berbicara.
Untuk dapat berucap dengan baik, seseorang perlu belajar untuk mengendalikan pikirannya, agar apa yang terucap berwujud baik. Sayangnya hal ini merupakan hal yang susah untuk dilakukan. Berapa orang yang berpikir panjang sebelum berucap? Kebanyakan orang mengucapkan apa yang ada di pikirannya tanpa memikirkan akibat dari ucapannya tersebut.
Disinilah permasalahan itu dimulai.
Sekali ucapan itu terlepas, akan susah untuk dihapuskan oleh lawan bicaranya. Karena ucapan itu akan tertanam di dalam ingatannya, dan ingatan itu hal yang paling susah untuk dilupakan. Coba ingat waktu pertama kali kenalan sama teman di SD ataupun TK, masih ingat kan? Sudah berapa puluh tahun? Hebat kan?
Ucapan itu sesuatu yang harus dijaga, karena akibatnya bisa fatal. Dari pembahasan awal kita tahu bahwa ucapan itu bisa "menggerakkan" dunia. Apalagi kalau hanya seseorang atau sekelompok orang?
Dari orang-orang yang menerima ucapan kita sehari-hari, teman merupakan orang yang paling bisa bertahan akan ucapan yang tidak dijaga - yang kebanyakan menyakitkan.
Berbagai ejekan-ejekan, lelucon yang menyindir, bahkan makian yang diterima lawan bicara kita, seringkali teman kita langsung bisa memaafkan apa yang kita ucapkan tersebut.
Berbeda dengan keluarga, ataupun pasangan kita.
Coba kalau kita bilang sama orang tua kalau mereka membuat kita malu, dan bayangkan apabila kita mengucapkannya kepada pacar? Akibatnya - FATAL.
Tapi, ketika kita mengucapkannya dengan teman kita, mereka kadangkala tidak mengindahkannya dan tetap bertahan di samping kita. Tak ada sakit hati di dalam pikiran mereka.
Mengapa? Karena kedekatan kita dengan teman dan dengan keluarga atau pacar itu berbeda. Dan semakin orang-orang dekat dengan kita, akibat dari ucapan kita akan semakin berpengaruh lebih besar.
Tapi bukan berarti semua teman kita bisa menerima hal itu. Makanya, untuk orang-orang yang beruntung memiliki teman-teman seperti itu, bersyukurlah. Mereka merupakan teman-teman terbaik.
Apabila keluarga atau pasangan kita pun dapat dengan mudahnya memaafkan dan melupakan ucapan-ucapan menyakitkan kita - bersyukurlah, dan jaga mereka, karena mereka merupakan anugerah yang tak semua orang mendapatkannya.
Hati-hati dengan orang-orang yang "Ahli Sejarah" (kata mantan gw). Orang-orang ini merupakan tipe pemaaf dan mudah sekali melupakan hal-hal yang menyakitkannya. Tapiiii, kadangkala, ketika situasinya hampir mirip dengan kejadian dimana ucapan menyakitkan itu terdengar - diungkit-ungkit kembali.
AHLI SEJARAH (yah, mungkin orang-orang seperti ini bisa menjadi dosen sejarah yang baik.. hahaha).
Sebenarnya, cara untuk menjaga ucapan yang keluar dari mulut kita adalah menjaga pikiran kita. Pikirkan kembali akan ucapan yang akan kita keluarkan. dengan begitu, kita akan mampu memikirkan akibat dari ucapan kita.
Berpikir positif, sehingga ucapan yang keluar akan berwujud positif. Setiap kita akan mengucapkan sesuatu yang kemungkinan berakibat tidak baik, harap dipikirkan kembali. Hormati orang lain sebagaimana kita ingin dihormati, sebagaimana kita ingin orang lain itu berbicara kepada kita, sebagaimana kita ingin orang lain itu mengucapkan sesuatu kepada kita.
Jaman sekarang tidaklah susah untuk mengenal seseorang, dengan berbekal kemampuan social media, browsing dan segala macam hal yang dibantu oleh kemajuan teknologi, kita dengan mudahnya bisa mengenal watak seseorang - mengira-ngira pribadi seseorang seperti apa. Dengan cara itu, kita bisa memikirkan ucapan yang akan kita keluarkan ketika berhadapan dengan orang tersebut. Jadi tidak ada ucapan yang dapat menyakitkan dan membuat hubungan dengan lawan bicara kita menjadi buruk.
Satu hal lain yang tak kalah pentingnya adalah mengenal diri sendiri. Dengan kita mengenal diri sendiri, kita akan mampu terbiasa bereaksi dengan terkontrol, sehingga dengan mudahnya kita memberikan ucapan-ucapan baik yang positif dan tidak terjerumus dalam lubang emosi tanpa pikir panjang.
Seperti lagu Aa Gym yang sering dinyanyikan oleh pendakwah-pendakwah di televisi setiap pagi, "Jagalah hati, jangan kau nodai, jagalah hati - lentera hidup ini"
Dengan hati yang baik dan pikiran yang baik pula, niscaya ucapan yang keluar dari mulut kita juga akan baik adanya.
Comments
Post a Comment