I COULD PACKED MY WHOLE LIFE IN A SINGLE SUITCASE
Literally.. gw benar-benar bisa packed seluruh hidup gw dalam satu koper, bukan hanya karena hidup gw benar-benar kecil dan tak berarti, tapi juga karena hidup gw benar-benar simple...
Sejak gw masuk kuliah dari tahun 1998 ke Bali, gw merasa ada perubahan BESAR dalam hidup gw. Berangkat dari pengalaman pahit diselingkuhin pacar gw waktu itu, dan perjuangan sia-sia mendaftar ke Unpar untuk mendapatkan dia kembali, akhirnya gw memutuskan untuk membuang kesempatan gw di Teknik Sipil Unpar dan nekad mengambil hasil UMPTN gw: (jreng-jreng... tolong drumnya) Arsitektur Universitas Udayana - Bali.
Dari awal masuk kuliah, memang gw seperti orang bego dari Ibukota, yang bawa barang-barang segambreng sampai teman-teman kos gw terheran-heran (kalau melihat orang kampung ke kota sudah mengherankan, lebih heran lagi liat orang kota ke kampung). Pas ketika semua barang itu datang, langsung mereka pada ngerubutin seperti laron melihat lampu petromax..
Motor busuk gw juga ikutan dikirim, baju-baju party (yang akhirnya tidak terpakai dan terjual di pasar loak Jimbaran), tivi 14", stereo set dan speaker segede bagong yang gw bongkar dari mobil.
Wah, benar-benar seperti orang gila yang pindah rumah ke kampung. Bagaimana semua barang itu bisa muat di dalam kamar kos 3x3m ? itu juga misteri yang sampai sekarang gw gak bisa pahami, misteri alam kata dukun gw.
Setelah masa bego itu, gw mulai berpikir untuk mengurangi barang-barang tersebut. Alasan klasik: lebih butuh uang tunai daripada benda mati. Maklum, anak kos yang bulanannya masih tergantung belas kasihan orang tua. Dipikirnya uang sejumlah pengeluaran makan di rumah bisa menutup pengeluaran seorang mahasiswa sendirian di perantauan. Ternyata, mahasiswa ini sangat-sangat-SANGAT boros. Dan terjadilah pepatah orang-orang tua jaman dahulu: "Besar pasak daripada tiang".
Uang kiriman habis untuk makan, minum, jalan-jalan ke pantai Kuta, main timezone, ngopi di kopan (kopi pantai Jimbaran yang terkenal dengan gorengan-gorengan mautnya dan bola adil yang benar-benar gak adil), menginap di hotel sepulang dari clubbing, dll - maaf, terlalu banyak untuk diingat, dan setiap kali mengingat dosa-dosa gw tersebut kepala gw jadi berdenyut-denyut. Uang habis, padahal belum akhir bulan, dan terpaksalah barang-barang tersebut dijual untuk menutup uang makan dan foya-foya tersebut.. hahaha.. maklum, baru pertama kalinya dalam hidup gw mengatur pengeluaran sendiri, jadinya bocor terus.
Kejadian yang benar-benar merubah prinsip hidup gw adalah waktu pindah kos pertama kali. Betapa susahnya mengangkut barang-barang yang seabrek-abrek itu. Sampai harus bayar dua mobil pick up untuk mengangkut semuanya ke Denpasar. Habis 100 ribu lebih (dari uang bulanan yang 500 ribu), bayangkan betapa mahalnya ongkos pindahan kos untuk seorang mahasiswa. Seperlima dari seluruh uangnya bulan itu. Mana bisa sisanya dipakai macam-macam lagi kalau begini? hahaha, yang di otak waktu itu hanya having fun saja (masih dalam tahap pelampiasan sakit hati).
Akhirnya di kos kedua tersebut, gw memutuskan untuk menyortir barang-barang yang tidak diperlukan lagi. Mulai dari stereo set yang ada pemutar piringan hitamnya, amplifier, tape deck dijual borongan seharga 300 ribu lumayan bisa menutup uang kos dua bulan ke depan. Karena barang-barang inilah yang paling tidak diperlukan untuk orang kos, bayangkan kalau memasang musik keras-keras di kos pasti langsung diusir sama bapak kos. Jadi apa gunanya stereo set kalau bunyinya cuma bisa sekeras headset? - JUAL.
Barang berikutnya: baju-baju. Karena belum pernah merantau lama, jadi baju yang di rumah gw bawa semua. Masuk lemari plastik yang tutupnya resleting selalu rusak, dan setelah ditata sedemikian bagusnya.. plastik lemari itupun sobek. sekali-dua kali-ketiga kalinya baru terpikir, bukan salah kualitas lemarinya, tapi salah kuantitas bajunya. Solusinya? -JUAL.
Setelah baju sedikit (cukup untuk ganti tiap hari dan laundry sebulan sekali), akhirnya lemari plastik itupun tidak mengalami kerusakan lagi. Sayangnya, pas baju sedikit, baru berpikir untuk ganti lemari knock down bubur kayu Ligna.
Hahaha, salah.. salah.. tapi lemari itupun hanya bertahan sementara, karena sewaktu pindah kos ketiga susah untuk dibawa, akhirnya terpaksa ditinggal.
Hilang 100 ribu dalam bentuk lemari, hitung-hitung oleh-oleh untuk ibu kos yang begitu baiknya sama anak kos yang sering hutang/undur-undur bayar kos.
(Maaf bu atas alasan-alasan yang gak jelas hanya untuk mengundur waktu bayar kos).
Sampai akhirnya, speaker, meja gambar, mesin gambar, tivi, dan lainnya sudah habis terjual. Hidup berasa sangat ringan, seperti bisa melayang. Bisa pindah kos tiap bulan !! hahaha.
Semenjak itulah, gw selalu berusaha untuk tidak terikat kepada barang-barang, benda kesayangan, dan lainnya. Semua barang yang kita miliki bisa dilepas dan bisa dibeli kembali pada waktunya.
Tidak ada benda yang tidak tergantikan. Bahkan benda yang sejak kecil selalu bersama gw -JUAL.
Dengan ketidak adaan keterikatan antara gw dan barang-barang gw, jadinya sekarang gw bener-bener bisa membuang semua barang yang gw punya saat ini untuk pindah. Kemana saja. Kapan saja.
Lagipula apa sih yang benar-benar diperlukan untuk memulai hidup baru di tempat baru?
Apa kita butuh tidur di tempat baru dengan bantal kesayangan kita?
Minum dari gelas kesayangan kita?
Nonton tivi dari layar kesayangan kita?
Tidak ada satupun benda yang seharusnya mengikat kita. Jiwa kita itu bebas, tidak terikat dengan badan kita sekalipun. Ingat banyak yang mengalami outer body experience atau adegan di film? Ini berarti Jiwa kita bisa keluar dari tubuh kita, berarti jiwa kita tidak terikat dengan tubuh kita.
Ini bukan falsafah seorang backpackers, tapi ini falsafah hidup umum yang nyata dan benar-benar bisa ditelaah baik secara moral maupun fisik.
Kita terlahir ke dunia tidak membawa apa-apa, bahkan tidak sehelai benang pun. Jadi mengapa kita harus merasa terikat dengan apapun?
Segala jenis additions yang kita tambahkan dalam hidup kita selanjutnya juga adalah hanya extra / tambahan / bumbu-bumbu kehidupan.
Seperti halnya pakaian dan barang-barang lain tersebut, orang-orang dari lingkungan kita juga merupakan tambahan. Walaupun kita memang terlahir dengan adanya ikatan dengan mereka, terlebih kepada keluarga inti kita.
Tapi adakalanya kita akan meninggalkan dunia ini juga hanya seorang diri, tanpa orang-orang tersayang tersebut.
Jadi intinya adalah we're born alone, and we'll die alone. So why the heck are we wasting our time by worrying so much for the things other then ourselves? other than what we're born and die with.
Keluarga, teman-teman, pacar, bahkan anak, istri sebenar-benarnya hanyalah additional seasonings of life (bumbu kehidupan).
Jadi ketika gw ditanya: "Can you packed your whole life in a single suitcase?"
Gw dengan pasti dan yakin akan menjawab:
"YES !! I REALLY COULD PACKED MY WHOLE LIFE IN A SINGLE SUITCASE"
*to the one who broke my heart I say: "You're just an additional seasoning of my life, eventhough you gave my life the taste of sweet, sour, and bitter. You'll still be additional. Not the essence of my life".
Barang berikutnya: baju-baju. Karena belum pernah merantau lama, jadi baju yang di rumah gw bawa semua. Masuk lemari plastik yang tutupnya resleting selalu rusak, dan setelah ditata sedemikian bagusnya.. plastik lemari itupun sobek. sekali-dua kali-ketiga kalinya baru terpikir, bukan salah kualitas lemarinya, tapi salah kuantitas bajunya. Solusinya? -JUAL.
Setelah baju sedikit (cukup untuk ganti tiap hari dan laundry sebulan sekali), akhirnya lemari plastik itupun tidak mengalami kerusakan lagi. Sayangnya, pas baju sedikit, baru berpikir untuk ganti lemari knock down bubur kayu Ligna.
Hahaha, salah.. salah.. tapi lemari itupun hanya bertahan sementara, karena sewaktu pindah kos ketiga susah untuk dibawa, akhirnya terpaksa ditinggal.
Hilang 100 ribu dalam bentuk lemari, hitung-hitung oleh-oleh untuk ibu kos yang begitu baiknya sama anak kos yang sering hutang/undur-undur bayar kos.
(Maaf bu atas alasan-alasan yang gak jelas hanya untuk mengundur waktu bayar kos).
Sampai akhirnya, speaker, meja gambar, mesin gambar, tivi, dan lainnya sudah habis terjual. Hidup berasa sangat ringan, seperti bisa melayang. Bisa pindah kos tiap bulan !! hahaha.
Semenjak itulah, gw selalu berusaha untuk tidak terikat kepada barang-barang, benda kesayangan, dan lainnya. Semua barang yang kita miliki bisa dilepas dan bisa dibeli kembali pada waktunya.
Tidak ada benda yang tidak tergantikan. Bahkan benda yang sejak kecil selalu bersama gw -JUAL.
Dengan ketidak adaan keterikatan antara gw dan barang-barang gw, jadinya sekarang gw bener-bener bisa membuang semua barang yang gw punya saat ini untuk pindah. Kemana saja. Kapan saja.
Lagipula apa sih yang benar-benar diperlukan untuk memulai hidup baru di tempat baru?
Apa kita butuh tidur di tempat baru dengan bantal kesayangan kita?
Minum dari gelas kesayangan kita?
Nonton tivi dari layar kesayangan kita?
Tidak ada satupun benda yang seharusnya mengikat kita. Jiwa kita itu bebas, tidak terikat dengan badan kita sekalipun. Ingat banyak yang mengalami outer body experience atau adegan di film? Ini berarti Jiwa kita bisa keluar dari tubuh kita, berarti jiwa kita tidak terikat dengan tubuh kita.
Ini bukan falsafah seorang backpackers, tapi ini falsafah hidup umum yang nyata dan benar-benar bisa ditelaah baik secara moral maupun fisik.
Kita terlahir ke dunia tidak membawa apa-apa, bahkan tidak sehelai benang pun. Jadi mengapa kita harus merasa terikat dengan apapun?
Segala jenis additions yang kita tambahkan dalam hidup kita selanjutnya juga adalah hanya extra / tambahan / bumbu-bumbu kehidupan.
Seperti halnya pakaian dan barang-barang lain tersebut, orang-orang dari lingkungan kita juga merupakan tambahan. Walaupun kita memang terlahir dengan adanya ikatan dengan mereka, terlebih kepada keluarga inti kita.
Tapi adakalanya kita akan meninggalkan dunia ini juga hanya seorang diri, tanpa orang-orang tersayang tersebut.
Jadi intinya adalah we're born alone, and we'll die alone. So why the heck are we wasting our time by worrying so much for the things other then ourselves? other than what we're born and die with.
Keluarga, teman-teman, pacar, bahkan anak, istri sebenar-benarnya hanyalah additional seasonings of life (bumbu kehidupan).
Jadi ketika gw ditanya: "Can you packed your whole life in a single suitcase?"
Gw dengan pasti dan yakin akan menjawab:
"YES !! I REALLY COULD PACKED MY WHOLE LIFE IN A SINGLE SUITCASE"
*to the one who broke my heart I say: "You're just an additional seasoning of my life, eventhough you gave my life the taste of sweet, sour, and bitter. You'll still be additional. Not the essence of my life".
Comments
Post a Comment